PAMEKASAN

Aktual dan Inspiratif

Tajuk

Hari Santri dan Momentum Berjihad Melawan Corona

PAMEKASAN – Pagi itu, suasana di Lapangan Nagara Bhakti yang terletak di depan Mandhepa Agung Ronggosukowati Pemkab Pamekasan, Jawa Timur nampak berbeda dengan hari-hari biasanya.

Sebuah baliho besar berukuran sekitar 6×3 meter bertuliskan “Apel Hari Santri Nasional 2021” yang bergambar foto Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Pamekasan Baddrut Tamam pada bagian kanan dan kini baliho, terpasang di bagian selatan lapangan.

Petugas dari Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemkab Pamekasan nampak sibuk menempel nama-nama instansi yang akan duduk di kursi undangan.

Beberapa diantaranya mengecek kejernihan pengeras suara dan sebagian yang lain mempersiapkan buku tamu, berikut handsanitizer bagi tamu undangan.

Tak lama berselang, beberapa kelompok orang berseragam mulai memasuki lapangan melalui pintu gerbang bagian barat Pendopo Pemkab Pamekasan.

Ada yang memakai seragam dengan atribut organisasi Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, dan ada pula di antara mereka yang berseragam baju putih dengan sarung hijau, tanpa antribut organisasi tertentu.

Petugas selanjutnya mengarahkan mereka ke tempat cuci tangan dengan air mengalir yang disediakan panitia pelaksana sebelum akhirnya masuk ke lapangan.

Berbeda dengan upacara yang biasa digelar pada hari-besar nasional sebelumnya, barisan peserta nampak renggang, dengan jumlah peserta hanya sekitar 50 persen kapasitas tampung lapangan. Maklum, peringatan Hari Santri Nasional tahun ini berlangsung di tengah pandemi COVID-19.

Menggunakan masker, menjaga jarak fisik merupakan hal yang harus dilakukan, guna mencegah penyebaran corona, sebagaimana telah menjadi ketentuan dalam penerapan protokol kesehatan.

Meski jumlah peserta sedikit, namun suasanya hikmat nampak mewarnai prosesi pelaksanaan apel. Mars Hari Santri Nasional dan lagu Indonesia Raya yang menjadi rangkaian kegiatan apel, serasa menambah hikmat apel Hari Santri Nasional 2021 itu yang dipimpin langsung oleh Bupati Pamekasan Baddrut Tamam.

Sebagaimana mana tradisi kaum santri, bupati yang menjadi pimpinan apel juga berpakaian ala santri, yakni menggunakan songkok nasional, baju dan sarung motif batik tulis ala santri.

Bupati dalam kesempatan itu menyampaikan, bahwa perjuangan kaum santri dan alim ulama kini telah diakui oleh negara, yang salah satunya berupa penetapan Hari Santri Nasional (HSN).

Penetapan HSN itu, didasarkan pada hasil penelusuran sejarah tentang gerakan “resolusi jihad” yang dikumandangkan oleh KH Hasyim Asy’ari beserta para ulama di Jawa dan Madura.

Lalu Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2014 akhirnya menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dan penetapan itu didasarkan pada hasil kajian, penelusan sejarah dan masukan dari berbagai pihak, baik dari para ulama, tokoh masyarakat dan akademisi sejarah Islam dari sejumlah perguruan tinggi.

“Dengan demikian HSN yang kita peringati hari ini merupakan dari buah perjuangan yang telah dilakukan oleh para ulama dan para santri dalam ranga melawan penjajahan dengan gerakan berlandaskan pada nilai perjuangan keagamaan yang dikenal dengan resolusi jihad,” kata bupati.

Penetapan hari santri nasional yang dirayakan setiap tahun di lingkungan pemerintah kabupaten dan pondok pesantren telah dirasakan bersama bahwa santri mempunyai kontribusi besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa, dan tegakknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BACA JUGA:   Mengenang Rogib Triyanto di Pilkades Taraban

“Hari ini, nikmat legitimasi dari negara sudah kita rasakan. Enam tahun yang lalu kita berjuang bersama untuk mendapatkan pengakuan legitimasi hari santri. Karenanya, syukur sedalam-dalamnya atas ikhtiar pengakuan dari pemerintah kepada santri dan perjuangan resolusi jihad,” ujar “Mas Tamam” sapaan karib bupati muda ini.

Yang terpenting lagi ke depan, menurut dia, para kaum santri, pelajar dan mahasiswa bukan hanya bangga memperingati hari santri, akan tetapi bisa mengisi dan mengimplementasikan perjuangan para santri terdahulu, dengan kegiatan-kegiatan positif, berorientasi pada kemaslahatan, kesejahteraan umat dan merajut tali persaudaraan yang lebih kuat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena resolusi jihad yang digaungkan KH Hasyim Asy’ari salah satunya juga dalam rangka memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari berbagai bentuk penjajahan.

Resolusi jihad yang digaungkan KH Hasyim Asy’ari demi untuk membela kedaulatan negara, kepentingan umat Islam dan bangsa Indonesia, dan dalam konteks yang lebih luas, ikut membantu mengatasi masalah-masalah yang menganggu keadaan bangsa Indonesia dan umat Islam.

Pandemi COVID-19
Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dan umat Islam saat ini, bukan lagi pada penjajahan oleh negara asing sebagaimana Belanda, akan tetapi lebih kompleks dan lebih luas lagi dan nyaris meliputi hampir semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terbaru kasus yang menyita perhatian masyarakat, termasuk hampir semua negara di dunia, pandemi COVID-19. Kasus ini, tidak hanya pada bidang kesehatan saja, akan tetapi juga berpengaruh pada kondisi ekonomi bangsa, pendidikan dan tatanan sosial budaya masyarakat.

Bagi Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, kasus pandemi COVID-19 yang melanda bangsa ini butuh perhatian serius bagi semua pihak untuk menanggulanginya.

“Butuh keseriusan dan kesungguhan untuk melawan pandemi ini, karena pada kenyataannya, COVID-19 bukan hanya kasus bidang kesehatan saja, akan tetapi juga telah merambah pada bidang lain, termasuk ekonomi,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk di Kabupaten Pamekasan kini munus 2 persen lebih, dan menyebabkan aktivitas ekonomi dan bisnis di kalangan masyarakat bergerak lamban, bahkan sebagian cenderung merugi.

Data Satgas COVID-19 di kabupaten ini menyebutkan, sedikitnya sebanyak 2.591 orang, terkonfirmasi positif COVID-19, dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 199 orang, 2.386 orang dinyatakan sembuh, dengan jumlah kasus aktif per tanggal 23 Oktober 2021 sebanyak enam orang.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan sebaran pandemi ini. Selain menegakkan disiplin protokol kesehatan, membatasi ruang gerak masyarakat melalui pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), juga melalui program bantuan suntik vaksin, guna mewujudkan kekebalan komunitas.

Namun, meski berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, tantangan dari sebagian oknum masyarakat dalam mencegah penyebaran COVID-19 masih saja ada. Caranya, melalui penyebaran informasi bohong tentang penanganan COVID-19, dan penolakan program vaksinasi.

BACA JUGA:   Saya Menyayangkan Pencabutan "Gugatan Ijazah Palsu Jokowi"

Berbagai informasi sesat yang diolah sedemikian rupa oleh sang pembuat konten, sehingga mempengaguhi cara pandang masyarakat banyak menyebar dengan luas di berbagai media sosial. Demikian juga tentang vaksinasi. Sehingga program baik pemerintah dalam mempercepat pencegahan penularan corona menemui kendala, dan pada akhirnya banyak masyarakat yang menolak untuk divaksin.

“Disinilah, saya kira peran aktif dari kaun santri perlu dioptimalkan, sehingga masyarakat bisa tercerahkan, dan pada akhirnya menerima paham yang baik dan benar, bukan pahan yang salah dan menyesatkan,” kata Baddrut Tamam.

Jihad Melawan COVID-19
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Pamekasan Syafiuddin menyatakan, banyaknya berita bohong tentang COVID-19 yang diduga kuat menjadi penyebab banyaknya masyarakat Pamekasan dan Madura pada umumnya enggan untuk disuntik vaksin, perlu menjadi perhatian semua pihak.

Organisasi pemuda keagamaan dan kaum santri, menurut dia perlu turun memberikan pendidikan yang benar kepada masyarakat. Sebab, jika paham yang salah itu menyebar luas dan menjadi pegangan sebagian besar masyarakat, maka hal itu sama dengan berupaya membuat tatanan masyarakat rusak.

Ilmuan dan kelompok intelektual muda yang mengerti tentang nilai-nilai agama, seperti santri, pelajar dan mahasiswa, perlu turun tangan ‘melawan’ ketidakbenaran yang sengaja disebarluarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab itu.

Dengan kata lain, jihad melawan COVID-19, seperti mengedukasi warga agar terhindar dari paparan virus corona, memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat agar bersedia disuntik vaksin, harus dilakukan.

Hari Santri Nasional (HSN) 2021 ini, menurut dia, hendaknya bisa menjadi momen baik dalam mewujudkan perjuangan kaun santri yang telah dilakukan dulu saat melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, menjadi ‘jihad melawan COVID-19″.

Bagi “Syafi” substansi dari perjuangan itu sama, yakni sama-sama untuk kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia, agar segera bebas dari keterbelengguan. “Kalau dulu agar bebas dari keterbelengguan dari kaum penjajah, saat ini agar bebas dari COVID-19, dimana kedua-duanya adalah menyengsarakan masyarakat,” katanya, menjelaskan.

Pengurus Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Pamekasan Iskandar juga mengemukakan hal sama.

Jika paham salah tentang COVID-19 dan suntik vaksin COVID-19 terus beredar, maka sejatinya sama dengan menginginkan agar kondisi bangsa Indonesia tetap tidak baik. Oleh karenanya, perlu ada upaya gerakan serentak dan terpadu agar paham salah yang beredar di sebagian masyarakat bisa segera tercerahkan.

Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang ini mengajak agar semua elemen dan organisasi keagamaan bisa turun tangan memberikan pemahaman tentang pola penanganan pandemi yang sesuai dengan tuntunan agama.

“Jadi, mari kita jadikan momentum Hari Santri Nasional ini sebagai momentum bangkit dari keterpurukan, dan mari kita jadikan momentum ini untuk membangun gerakan jihad melawan ketidakbenaran, termasuk jihad melawan COVID-19, tapi dengan cara yang baik dan benar, termasuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya suntik vaksin untuk meningkatkan kekebalan komunitas,” katanya. (PAMEKASAN-3)

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *